Winnet.id-Gorontalo. Pemilihan Badan Eksekutif Mahasiswa (PILBEM) adalah tonggak utama dalam setiap sistem demokrasi kampus Universitas Negeri Gorontalo. (Jum’at, 03/05/2024)
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, PILABEM UNG kali ini banyak terjadi masalah. Dari masalah teknis, aplikasi yang digunakan kendala organisasional dan keputusan yang kontroversial, hingga sikap Wakil Rektor 3 UNG yang seolah menghilang dan tidak mau mengambil sikap tegas, berbagai faktor tersebut telah menciptakan kisruh yang serius dalam proses pemilihan.
Salah satu masalah yang paling mencolok adalah kegagalan aplikasi e-vote yang dirancang untuk memfasilitasi proses pemilihan secara elektronik.
Aplikasi tersebut seharusnya menjadi inovasi yang memudahkan partisipasi pemilih dan meningkatkan efisiensi penghitungan suara. Namun, kenyataannya adalah sebaliknya.
Para pemilih dan petugas pemilihan melaporkan berbagai masalah teknis, mulai dari kesulitan akses hingga kesalahan dalam pemrosesan data yang dalam hal ini dialihkan dengan isu adanya percobaan peretasan.
Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan keandalan dan integritas hasil pemungutan suara, serta memicu perdebatan tentang kebutuhan akan peninjauan ulang terhadap sistem pemilihan yang digunakan.
Tidak hanya itu, lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas pengawasan dan pelaksanaan pemilihan juga berada di bawah sorotan mahasiswa. Komisi Pemilihan Langaung (KPL) dan Panitia Pengawas Pemilu (PANWAS) dikritik karena tidak sepenuhnya memahami aturan yang mereka buat sendiri.
Kurangnya pemahaman terhadap prosedur dan regulasi pemilihan menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian di antara pemilih dan calon pemilih.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan lembaga-lembaga tersebut dalam menjalankan tugasnya dengan efektif dan adil, serta memperkuat keraguan akan integritas proses pemilihan.
Kendala organisasional juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kisruh dalam pilbem ini. Peran dan keputusan dari pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan, termasuk wakil rektor 3 Universitas Negeri Gorontalo yang terlibat dalam proses pemilihan, menjadi bahan kritik yang serius.
Wakil rektor 3 UNG terlalu takut menentukan sikap, sehingga menghambat proses pengambilan keputusan yang diperlukan untuk menangani masalah yang muncul dalam pilbem ini.
“Sudah beberapa hari sejak huru-hara terjadi, tapi bapak WR3 sampai dengan saat ini belum menampakkan dirinya dalam pengambilan keputusan yang tegas, sehingga seperti berusaha menghilang dari kisruh yang terjadi” ujar Syafrul Dama, Ketua tim pemenangan salah satu paslon.
Tindakan ini menimbulkan ketidakpercayaan terhadap niat baik dan integritas para penyelenggara pemilihan, serta merongrong legitimasi proses demokrasi secara keseluruhan.