Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
DaerahJurnalis WargaNasional

Fenomena Toga Wisuda di Gorontalo: Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan IAIN SAG Angkat Bicara

×

Fenomena Toga Wisuda di Gorontalo: Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan IAIN SAG Angkat Bicara

Sebarkan artikel ini

WINNET.ID – Fenomena Wisuda di Tingkat Sekolah Dasar hingga Menengah Atas, Dikritik Akademisi Pasca Sarjana (S2) IAIN Sultan Amai Gorontalo, Raihan Abd. Rajak.


Gorontalo, 19 Juni 2023 – Baru-baru ini, Gorontalo dihebohkan dengan fenomena wisuda, yang dilaksanakan di tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas. Bahkan tidak sedikit orang tua yang menyoroti persoalan ini, karena dinilai membebani dan memberatkan orang tua.

Merespon fenomena ini, Akademisi Pasca Sarjana (S2) Manajemen Pendidikan di IAIN Sultan Amai Gorontalo, Raihan Abd. Rajak, memberikan beberapa pandangan kritisnya.

Menurut Raihan, sejatinya wisuda merupakan simbolisasi dari seseorang yang telah mampu berpikir logis dan realistis. Menggunakan toga dalam prosesi wisuda menunjukkan tingkat pemikiran yang telah matang.

“Namun, pada tingkat pendidikan TK, SD, SMP, bahkan SMA, anak-anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir logis dan realistis sepenuhnya. Oleh karena itu, penggunaan toga dalam wisuda pada tingkatan ini dinilai tidak sesuai dengan hakikat dan makna toga itu sendiri.” buka Pria, yang sering disapa Iyan ini.

Toga
(ilustrasi) fenomena penggunaan Toga dan pelaksaan Wisuda ditingkat pendidik dasar, TK, SD, SMP, hingga SMA.

Selain itu, menurut Raihan, orang yang diwisuda dengan toga di tingkat perguruan tinggi, memiliki makna bahwa mereka telah mampu mandiri dan siap menghadapi kehidupan setelah menyelesaikan pendidikan tinggi.

“Sementara disisi lain, anak-anak pada tingkat pendidikan dasar dan menengah justru masih sangat bergantung pada orang tua atau orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penggunaan toga pada wisuda anak-anak dinilai tidak relevan dengan konsep kemandirian yang terkandung dalam penggunaan toga ini.” ujar mahasiswa yang baru saja menyelesaikan ujian tesis tersebut.

Belum lagi kepada biaya yang dibebankan kepada orang tua dalam pelaksanaan wisuda di tingkat TK, SD, SMP, atau SMA ini, kata Raihan, cukup memberatkan. Terutama bagi mereka yang memiliki anak di beberapa tingkatan sekolah, yang diwisuda sekaligus, tentu saja mengahadapi beban yang cukup berat.

“Apalagi terkonformasi dan sudah banyak contohnya, orang tua yang terpaksa berhutang hanya agar anak-anak mereka tidak merasa terpinggirkan oleh teman-teman sebaya mereka. Meskipun pihak sekolah tidak memaksa, namun dorongan kasih sayang dari orang tua membuat mereka rela berhutang demi momen yang dianggap penting ini.” jelas dia.

Toga wisuda

Salah satu keluhan warga Gorontalo di akun media sosial Facebook.

Sebagai langkah solutif, Mahasiswa yang baru saja menyelesaikan ujian tesisnya itu, mengusulkan agar fungsi toga dan wisuda dikembalikan pada tempatnya, yaitu di perguruan tinggi. Hal ini diharapkan dapat mempertahankan nilai, makna, dan marwah wisuda toga itu sendiri. Sementara, di tingkat TK, SD, SMP, dan SMA, wisuda dapat dirayakan dengan sederhana dan proporsional.

Dalam menghadapi fenomena ini, Raihan Abd. Rajak juga mengimbau pemerintah untuk memberikan perhatian yang serius. Fenomena wisuda di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus menjadi perhatian agar tidak memberatkan orang tua serta menjaga keseimbangan antara kebutuhan pendidikan dan keterbatasan finansial keluarga.

Sebagai penutup wawancara, Raihan Abd. Rajak berharap agar permasalahan ini dapat segera ditangani dengan bijak dan melibatkan semua pihak yang terkait.

“Wisuda merupakan momen penting dalam kehidupan seseorang, namun haruslah disesuaikan dengan tahapan pendidikan dan kesiapan anak untuk memahami serta menghargai makna sebenarnya dari penggunaan toga dalam wisuda.” tutupnya. (004/ilam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *